RINTIHAN TAJAM
Sepuluh kurang tiga puluh menit
Sembilan lebih tiga puluh menit
Dalam hitungan waktu
Hati ku berduet
Sukma ku menggema
Aura ku mekar
Tuk ucapkan kata yang
Tak lahir dimulut tapi menjadi rahim
Hingga zigot-zigot kecil
Itu belajar menangis
Sebelum keluar dari rahim,
Tak apa…. bila ku bersuara
Sebab darah telah jadi getih
Tuk ku cicip setitik madu
Aku punya hak untuk merasakan hal yang sama
Untuk mengulangi lembaran baru
Yang tercincang tahun lalu
Karena pemerkosaan hati
Yang tak kunjung berhenti
Aku ingin merdeka
Dengan mencatat lembaran baru
Satu tahun aku tak merengguk mawar merah
Karena cadas oleh mawar berduri
Satu tahun aku tak bermimpi indah
Karena dirusak oleh seyum belati
Satu tahun aku tak merasakan hari ku yang 20 tahun
Satu tahun kegamangan,kegelapan bersahabat,lebur senggama
Dalam rakit jiwa-jiwa yang cadas
Satu tahun waktu yang lama
Bagi yang Hidup diatas sabana
Bakar kering,memuntahklan benci
Satu tahun jangan…. jangan dikalkulasikan
Apalagi dihitung dengan rumus aljabar
Sebab satu detik akan sudah jadi
Tapi ……….
Satu tahu dalam perjalananku
Tak pernah bermimpi untuk percaya pada bidadari
Satu tahun dalam hidupku tak mendambagakan bunga lagi
Satu tahun hidupku bagai taman sepi
Bunga itu tak hidup pada pijaran mentari
Mawar itu tak mekar pada tetesan embun
Hingga tamanku tak lagi menanti tapi mati
Satu tahun……
Tamanku selalu menerima orang-orang
Buangan yang tak pantas aku terima
Taman itu telah berlabuh dosa
Hingga ia berusaha merangkak jemput cahaya terang
Sebagai pijar untuk jemput mentari…..
Mentari aneh…..
Tidak terbit pagi hari
Tapi ia mekar 12.30 malam suci
1-30.
Dalam bulan suci, tahun suci
0 komentar:
Posting Komentar